Kamis, 09 Desember 2010

Penyelesaian Waris Secara Radd (Studi Terhadap Pendapat Ulama)

A.Pengertian Radd 
Kata radd menurut bahsa artinya i’adah, yaitu mengembalikan. Dalam Al-qur’an banyak disebutkan kata radd, misalnya:
”Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.” (QS. Al-Ahzab: 25)
Dalam surat lain, juga disebutkan:
”Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mareka semua.” (QS. Al-Kahfi: 64).1
Sedang menurut istilah radd adalah berkurangnya pokok masalah yang bertambahnya jumlah bagian ashhabulfurudh.2
Apabila jumlah saham para ahli waris itu melebihi jumlah asal masalah, asal masalah tersebut harus di-aul-kan sebanyak jumlah saham agar pembagiannya dapat dilaksanakan setepat-tepatnya. Sebaliknya, apabila jumlah saham para ahli waris itu lebih kecil daripada asal masalah yang akan dibagi, diperlukan penyelesaiaan setepat-tepatnya agar harta peninggalan yang akan dibagi tidak ada sisa yang tidak terbagi. Dalam ilmu mawaris, sisa lebih tersebut harus dikembalikan lagi kepada para ahli waris yang berhak menerimanya menurut perbandingan besar kecilnya farad yang harus mereka terima dan harus diperhatikan pula siapa diantara para ahli waris yang tidak berhak lagi menerima tambahan. Pengembalian sisa lebih kepada mereka yang berhak menerimanya dalam ilmu faraid dinamakan radd.3
Secara definitif, yang dimaksud radd menurut ulama faradiyun adalah pengembalian bagian yang tersisa dari bagian zawul furut nasabiyah kepada mereka, sesuai dengan besar kecilnya bagian masing-masing bila tidak ada lagi orang lain yang berhak menerimanya.4
Radd tidak akan terjadi dalam suatu keadaan, kecuali bila terwujud tiga syarat yaitu:
1.Adanya ashhabulfurudh
2.Tidak adanya ashabah.
3.Adanya kelebihan harta peninggalan (sisa harta waris).
Bila dalam pembagian waris tidak ada ketiga syarat tersebut, kasus radd tidak akan terjadi.5
B.Ahli Waris yang Mendapat Radd
Sisa harta warisan setelah dibagikan kepada ahli waris masing-masing sesuai dengan bagiannya harus dikembalikan lagi kepada mereka. Semua ahli waris mempunyai bagian tertentu (ashabulfurudh), kecuali suami isteri, berhak menerima kembali sisa harta yang masih ada.6
Ashhabulfurudh yang dapat menerima radd hanya delapan orang yaitu:
1.Anak Perempuan.
2.Cucu perempuan keturunan anak laki-laki.
3.Saudara kandung perempuan.
4.Saudara perempuan seayah.
5.Ibu kandung.
6.Nenek sahih (ibu dari bapak).
7.Saudara perempuan seibu.
8.Saudara laki-laki seibu.7
Mengenai ayah dan kakek meskipun termasuk ahli waris ashabul furud, mereka tidak mempunyai hak untuk menerima pengembalian (radd). Hal ini karena mereka juga termasuk ahli waris golongan asabah sehingga tidak mungkin memenuhi persyaratan adanya radd. Jika dalam suatu keadaan terdapat kelebihan harta peninggalan dan mereka termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan, maka pembagian kepada mereka dilaksanakan dengan bagian asabah.8
Suami isteri tidak berhak memperoleh bagian pembagian apabila ada sisa harta meskipun termasuk golongan ashabul furud. Ini karena kekerabatan mereka disebabkan hubungan perkawinan dan akan terputus karena kematian. Mereka hanya berhak memperoleh bagian warisan berdasarkan ketentuan sebagai ahliwaris yang mempunyai harta tetap. Oleh karena itu, jika ada kelebihan, harta tersebut harus diberikan kepada ahli waris lainnya.9
C.Cara Menyelesaikan Radd menurut beberapa ulama
Pendapat-pendapat yang pernah muncul dari para sahabat dalam menyelesaikan pembagian warisan yang dijumpai adanya kelebihan harta warisan, yaitu:
1)Pendapat Ali ibn Abi thalib, Abdullah ibn Mas’ud, dari kalangan sahabat, Mazhab syafi’iyah, Malikiyah, Hanafiah dan Hanabilah, prinsipnya mengembalikan sisa harta warisan hanya kepada ashab al-furud nasabiyah. Dengan demikian suami atau isteri tidak berhak menerima radd. Pendapat ini kemudian diikuti mayoritas ulama. Dasarnya adalah QS. Al-Anfal ayat 75 ” Dan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagaiannya lebih berhak daripada yang lain”. Nabi SAW. ketika suatu haru ditanya oleh seorang perempuan yang menanyakan status budak yang baru saja ia serahkan kepada ibunya, dan beberapa hari kemudian ibunya meninggal, Nabi bersabda: ”Kamu pantas menerima pahala dan budak itu kembali kepadamu dengan jalan pewarisan”.10
Maka apabila terjadi kasus pembagian warisan dan didapan sisa harta warisan, maka bagian suami atau isteri diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu diradkan untuk ahli waris lainnya. Misalnya ahli waris terdiri dari: isteri, ibu dan saudara seibu, harta warisannya Rp 5.400.000,-. Bagian masing-masing:
Ahli waris   bag.        am            Harta warisan                      Penerimaan
                                12             Rp 5.400.000,- 
Isteri           1/4         3             3/12 x Rp 5.400.000,-        = Rp 1.350.000,-
                                (sisa Rp 5.400.000,- x Rp 1.350.000,- = Rp 4.050.000,-)
Ibu               1/3        4               4/6 x Rp 5.400.000,-        = Rp 2.700.000,-
Sdr. Seibu   1/6        2               2/6 x Rp 5.400.000,-        = Rp 1.200.000,-
                                9                Jumlah                                 = Rp 5.400.000,- 11
2)Usman ibn Affan, yaitu sisa harta warisan dikembalikan kepada semua ahli waris yang ada tanpa kecuali. Apabila contoh tersebut pada nomor 1) diselesaikan, akan diperoleh hasil:
Ahli waris          Bag.        am                     Harta warisan                     Penerimaan
                                       12-9                      Rp 5.400.000,- 
Isteri                  ¼           3                        3/9 x Rp 5.400.000,-        = Rp 1.800.000,-
Ibu                    1/3          4                        4/9 x Rp 5.400.000,-        = Rp 2.400.000,-
Sdr. Seibu        1/6          2                        2/9 x Rp 5.400.000,-        = Rp 1.200.000,-
                                  9                        Jumlah                              = Rp 5.400.000,-12 
3)Zaid bin sabit yang mengatakan bahwa sisa harta warisan setelah diambil oleh ashab al-furud, diserahkan kepada Bitul Mal. Pendapat ini diikuti mazhab safi’i, dan Ibn Hazm al-Zahiry. Alsannya, pertama, bagian ahli waris telah ditentukan secara pasti. Besar kecilnya tidak perlu ditambah atau dikurangi. Menambah bagian ahli waris melebihi yang seharusnya, adalah melampaui ketentuan Allah, dan mereka yang tidak mematuhi ketentuan-Nya, diancam dengan neraka yang siksanya amat pedih (QS. Al-Nisa’ ayat 14). Kedua, Nabi SAW. menegaskan, Allah telah memberi bagian kepada yang berhak sesuai dengan haknya. (Riwayat al-Tirmizi). Ketiga, ahli waris yang telah menerima bagian, tidak memiliki jalan lain untuk menerimanya.13
Dengan demikian, apabila contoh sebelumnya diselesaikan menurut pendapat Zaid ibn Sabit, bagin masing-masing adalah:
Ahli waris      Bag.             am       Harta warisan                      Penerimaan
                                           12        Rp 5.400.000,- 
Isteri                ¼               3          3/12 x Rp 5.400.000,-    = Rp 1.350.000,-
Ibu                  1/3              4          4/12 x Rp 5.400.000,-    = Rp 1.800.000,-
Sdr. Seibu      1/6              2          2/12 x Rp 5.400.000,-    = Rp 900.000,-
                                      9          Jumlah                                = Rp 4.050.000,-14 
Jadi terdapat sisa Rp 5.400.000,- ? Rp 4.050.000,- sama dengan Rp 1.350.000,-. Sisa ini diserahkan kepada baitul mal, untuk kepentingan umut Islam.15
------------------------------------
1.Dian Kairul Umam, fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 146-147
2.Beni Ahmad, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka setia, 2009), hal. 213
3.Ibid,
4.Ibid,
5.Beni,Ahmad, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka setia, 2009), 216
6.Dian, Kairul Umam, fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 148
7.Beni,Ahmad, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka setia, 2009),hal. 216
8.Dian, Kairul Umam, fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 148
9.Ibid,
10.Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1998), hal. 435-436
11.Ibid, hal. 436
12.Ibid,
13.Ibid,hal. 436-437
14.Ibid,hal. 437
15.Ibid,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar